Jakarta. Suararadarcakrabuana.com – Presiden Prabowo subianto memanggil sejumlah menteri Kabinet Merah Putih ke Istana Merdeka Jakarta untuk membahas percepatan hilirisasi multi sektor. Sektor-sektor itu meliputi hilirisasi pertanian, perikanan, hingga energi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Prabowo meminta akselerasi penyaluran bibit-bibit pertanian guna mengerek produksi. Selain itu, Prabowo juga mendorong percepatan proyek kampung nelayan di pesisir pantai utara (Pantura) Jawa.
“Di bidang pertanian evaluasi terkait bibit, kemudian sawah. Kemudian terkait dengan kampung nelayan, proyek perikanan dan kapal di Pantura,” kata Airlangga kepada wartawan setelah pertemuan.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan pihaknya menargetkan pembangunan 65 kampung nelayan hingga akhir tahun ini.
Menurut Trenggono, Prabowo memerintahkan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk proyek mengakselerasi proyek budidaya perikanan di 500 kabupaten hingga akhir 2026.
“Tapi tahun ini dimulai ada 100 titik yang akan kita dibangun,” ujar Trenggono pada kesempatan serupa.
Sedangkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia telah menyetorkan 18 proyek hilirisasi kepada Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara)
Dia menyebut belasan proyek hilirisasi sektor ESDM seluruhnya telah melalui studi kelayakan tahap awal alias pra feasibility study (FS). Salah satu yang dimaksud yakni proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) di tiga lokasi di Sumatera dan Kalimantan.
“Dengan kita melakukan percepatan 18 proyek yang nilai investasinya hampir Rp 600 triliun, maka ini akan menciptakan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, dan produknya itu menjadi substitusi impor,” kata Bahlil.
Bahlil sebelumnya mengatakan bahwa pendanaan proyek kali ini akan berasal dari anggaran negara dan perusahaan swasta nasional. Hal ini relatif berbeda dari rencana pengembangan DME sebelumnya yang bergantung pada investor asing.
Dia mengindikasikan bahwa salah satu sumber pendanaan proyek DME berasal dari Danantara. Dengan skema baru ini, pemerintah ingin memastikan proyek DME tidak lagi bergantung pada keinginan investor asing yang bisa saja mundur di tengah jalan.
Perusahaan pengolahan gas dan kimia asal Amerika Serikat (AS), Air Products and Chemicals Inc., sebelumnya hengkang dari dua proyek hilirisasi batu bara di Indonesia karena diduga tingginya harga batu bara yang membuat proyek tersebut menjadi tidak ekonomis.
Air Products diketahui bekerja sama dengan PT Bukit Asam (PTBA) dan PT Kaltim Prima Coal untuk gasifikasi batu bara menjadi DME. Mundurnya Air Products and Chemicals Inc dari dua proyek hilirisasi batu bara domestik itu disebabkan oleh macetnya hitung-hitungan investasi antar perusahaan.




