Program MBG Antara Kasus Keracunan Dan Harapan Masa Depan

Suararadarcakrabuana.com – Semenjak dijalankan pada Januari 2025, Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) menuai masalah serius. Di berbagai daerah, ribuan anak dilaporkan keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program ini.

Data Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat 4.711 kasus, sementara lembaga CISDI menemukan jumlah yang lebih tinggi, yaitu 5.626 siswa. Kasus paling parah terjadi di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, hingga pemerintah setempat menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Di luar Jawa, keracunan massal juga muncul di Banggai kepulauan, Sulawesi Tengah, dengan korban mencapai 339 orang.

Penyebabnya beragam: dapur umum yang belum berpengalaman, pergantian pemasok bahan, hingga standar kebersihan yang rendah. Dari ribuan dapur (SPPG) yang beroperasi, hanya sedikit yang sudah memiliki sertifikat kebersihan resmi.

Baca juga ; https://www.suararadarcakrabuana.com/prof-dr-sutan-nasomal-desak-presiden-evaluasi-program-mbg/

Pemerintah pun meminta maaf dan mengambil langkah darurat, seperti menutup sementara dapur bermasalah, membentuk tim penyelidik, serta memperketat aturan penyajian makanan.

Program MBG merupakan salah satu janji utama Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Tujuannya adalah:

Meningkatkan gizi anak-anakMencegah stuntingMendukung kehadiran di sekolahSerta membantu prestasi belajar

Sasaran program ini cukup luas, mulai dari anak PAUD hingga SMA, balita, ibu hamil, sampai ibu menyusui. Untuk mendukungnya, pemerintah mengalokasikan dana besar, yaitu Rp71 triliun di tahun 2025, dan diperkirakan naik hingga Rp335 triliun pada 2026.

Baca juga ; https://www.suararadarcakrabuana.com/kdm-evaluasi-program-mbg-usai-keracunan-massal-di-kbb/

Perdebatan: Hentikan atau Perbaiki? Banyak pihak mempertany akan, apakah program ini sebaiknya dihentikan atau diperbaiki ;

1. Alasan Menghentikan Program MBG

Keselamatan Anak: Ribuan kasus keracunan dianggap bukti bahwa sistem pengawasan gagal. Menghentikan program sementara dinilai cara paling aman. Pengelolaan Lemah: Beberapa lembaga, termasuk DPR dan ICW, menilai program ini minim akuntabilitas dan rawan penyimpangan anggaran.

Bantuan Langsung Lebih Praktis: Sebagian pihak menilai bantuan berupa beras lebih mudah disalurkan, langsung bermanfaat, dan tidak terlalu rumit dalam logistik.Dana yang Terlalu Besar: Anggaran MBG yang sangat tinggi memicu kritik, apalagi sempat ada wacana menarik dana dari sektor pendidikan.

Baca juga ; https://www.suararadarcakrabuana.com/imbas-301-siswa-keracunan-program-mbg-cipongkor-dihentikan/

2. Alasan Melanjutkan dengan Perbaikan

Gizi Lengkap: Makanan bergizi memberi nutrisi seimbang yang tidak bisa digantikan hanya dengan nasi, terutama untuk mencegah stunting.

Dampak Ekonomi Daerah Program ini bisa membantuk petani dan pelaku usaha lokal yang memasok bahan makanan masalah Teknis, bukan Konsep

Pemerintah menegaskan bahwa masalah terletak pada pelaksanaan. Solusinya adalah memperketat standar, bukan menghentikan program.Pendidikan Karakter: Jika dijalankan dengan baik, program ini juga bisa menumbuhkan kebiasaan baik di sekolah, seperti berdoa sebelum sesudah makan dan menjaga kebersihan.

Baca juga ; https://www.suararadarcakrabuana.com/perjanjian-mbg-rugikan-sekolah-guru-jangan-takut/

Program MBG saat ini berada dalam dilema. Di satu sisi, kasus keracunan massal adalah masalah besar yang mengancam keselamatan anak-anak. Namun di sisi lain, tujuan program ini untuk memperbaiki gizi, mencegah stunting, dan membangun generasi sehat merupakan investasi penting untuk masa depan.

Pilihan akhirnya ada di tangan Presiden Prabowo. Apa pun keputusannya, hal yang paling utama adalah memastikan keselamatan dan kesejahteraan anak tetap menjadi prioritas utama.

Redaksi ; RS,SH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *