BANDUNG.COM – Berbagai infrastruktur strategis dimiliki Provinsi Jawa Barat, saat di bawah kepemimpinan Gubernur Dedi Mulyadi, bandara megah yang berdiri di wilatah termiskin keempat Jawa Barat resmi berstatus internasional.
Bandara Internsional tersebut mengusung desain unik khas Jawa Barat yaitu burung merak. Sebagai informasi, Jawa Barat menjadi salah satu provinsi dengan kemajuan wilayah yang pesat.
Hal ini dibuktikan dengan eksistensi Jawa Barat yang terus menunjukkan perkembangan wilayah setiap tahunnya.
Dilansir dari jabar.bps.go.id, provinsi dengan luas wilayah 35.377,76 km2 memiliki pertumbuhan ekonomi di angka 5,23% (year-on-year) pada kuartal II tahun 2025.
Selain itu, Jawa Barat juga berhasil mencapai angka Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku triwulan II tahun 2025 sebesar Rp755,19 triliun. Sedangkan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp459,80 triliun.
Baca juga ; https://www.suararadarcakrabuana.com/kdm-tegaskan-asn-pemprov-jabar-kerja-maksimal/
Bukti pencapaian kemajuan wilayah di Jawa Barat adalah adanya infrastruktur strategis yang dibangun merata di seluruh wilayah Jabar.
Salah satunya wilayah Jawa Barat resmi memiliki bandara nternasional yang megah seluas 1.800 hektare yaitu Bandara Kertajati.
Bandara yang dibangun 55,4 km sebelah barat dari Kota Cirebon dan 97,8 km barat daya dari Kota Bandung ini berdiri di wilayah termiskin ke-4 di Jawa Barat yaitu Majalengka. Bandara Kertajati tepatnya berada di daerah Kertajati, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat
Diketahui, Kabupaten Majalengka menjadi salah satu daerah termiskin di Jawa Barat tahun 2025 dengan persentase kemiskinan 10,31 persen
Untuk saat ini, Bandara Kertajati kembali berstatus internasional disahkan di bulan Agustus melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 37 dan 38 Tahun 2025.
Dari awal peresmiannya di 24 Mei 2018, Bandara Kertajati terus berkembang dan akhirnya disahkan berstatus internasional melalui Instruksi Mendagri Nomor 42 Tahun 2022 dan Surat Edaran Menhub Nomor 88 Tahun 2022.
Dengan pengesahan ini, Bandara Internasional Kertajati ditetapkan sebagai Pintu Masuk Perjalanan Luar Negeri (Entry Point) oleh pemerintah.
Bandara yang juga disebut Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) ini dibangun menggunakan APBN dengan total anggaran pembangunan awal mencapai Rp2,6 triliun. Sedangkan untuk total investasi pembangunan bandara mencapai Rp4,916 triliun.
Penetapan status internasional Bandara Kertajati didasarkan pada pemenuhan standar kriteria yang ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan.
Di antaranya tercapainya standar keselamatan, keamanan, dan kenyamanan pengguna jasa sesuai regulasi International Civil Aviation Organization (ICAO).
Dalam pembangunannya, Bandara Internasional Kertajati menjadi yang terbesar kedua di Indonesia dengan ukuran landasan pacu (runway) 2.500 x 60 meter.
Bandara ini dirancang dengan desain unik khas Jawa Barat yang mengusung ikon Burung Merak dan potensi Pohon Jati. Penggunaan keduanya ini dapat mengintegrasikan unsur budaya Sunda dan Jabar ke dalam desain arsitektur bandara.
Desain atap bangunan bandara merepresentasikan ikon burung merak sebagai ciri khas Jawa Barat dengan keindahan dan budaya lokal seperti tari merak dan kerajinan motif batik.
Selain burung merak, ornamen dan desain pohon jati juga menjadi simbol keunikan bangunan Bandara Internasional Kertajati. Hal ini mencerminkan potensi kekayaan alam dan hamparan hutan jati sebagai flora yang mendominasi wilayah Jawa Barat.
Untuk saat ini, Bandara Internasional Kertajati sudah mengalami perkembangan pembangunan untuk mencapai target kapasitas tampungan 29 juta penumpang.
Bandara ini sudah melayani rute penerbangan dalam negeri hingga Internasional. Mulai dari rute penerbangan dari dan ke Medan, Batam, Palembang, Makassar, Balikpapan, Banjarmasin, Denpasar hingga Surabaya, Kuala Lumpur, Singapura, hingga Arab Saudi (Charter).
Untuk memperluas ekspansi, Bandara Internasional Kertajati akan memiliki Kertajati Aircraft Maintenance Center (KAMC).
Fasilitas ini merupakan perawatan pesawat terbang (Maintenance, Repair, and Overhaul – MRO) yang dibangun di atas lahan 84,2 hektare.
Pembangunan MRO ini adalah wujud adaptasi terhadap ekosistem industri kedirgantaraan karena menjadi salah satu pusat MRO terbesar di Indonesia.
Direncanakan pembangunan KAMC ini untuk menampung 10 hangar, dengan kapasitas untuk 16 pesawat wide body dan 20 pesawat narrow body. Target pembangunan ini mendapat dukungan penuh dari Menteri Perhubungan, Dudy Purwagandhi.
Menurutnya pengembangan kawasan Maintenance, Repair and Overhaul (MRO) dan Aerospace Park di Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat ini menjadi peluang besar karena saat ini 46% pesawat nasional masih melakukan perawatan di luar negeri.
Dengan kehadiran Kertajati Aircraft Maintenance Center (KAMC) di kawasan Kertajati Aerocity seluas 3.480 hektare ini maka Indonesia memiliki basis perawatan pesawat terintegrasi yang diharapkan mampu menekan biaya operasional dan meningkatkan efisiensi industri penerbangan.
“Bandara Kertajati memiliki keunggulan lokasi dan potensi industri yang luar biasa. Pengembangan MRO dan Aerospace Park akan menjadi tonggak penting menuju kemandirian teknis dan peningkatan daya saing industri penerbangan nasional,” ujar Menhub (4/10/2025)
Dudy dalam sambutannya saat menghadiri penandatanganan Perjanjian Induk (Head of Agreement/HoA) dan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara PT GMF AeroAsia, PT Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB), dan Kementerian PPN/Bappenas, di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati pada Senin, 21 April 2025.
“Ini bukan hanya pembangunan infrastruktur, tapi langkah strategis menuju transformasi industri penerbangan yang mandiri dan berkelanjutan,” pungkasnya.*
Redaksi ; RS,SH